Apakah sekolah di mana Anda mengajar, atau anak Anda bersekolah memiliki budaya literasi? Lihatlah sejenak lingkungan sekolah. Apakah karya anak-anak didik memenuhi dinding-dindingnya? Tidak hanya ruang kelas, namun juga sepanjang dinding luar atau sepanjang koridor. Adakah hasil prakarya, poster, gambar, atau karangan siswa menjadi pemandangan biasa di lingkungan fisik sekolah? Ini hanya salah satu karakteristik lingkungan fisik sekolah yang mengembangkan budaya literasi.

2014-08-11 09.51.30                         reading-corner        2014-06-19 15.58.57

2014-08-11 09.50.09

Tertarik menjadikan sekolah Anda sekolah berbasis literasi. Ayo kita simak beberapa strategi di bawah ini.

Strategi Membangun Iklim Literasi di Sekolah

Lingkungan Fisik Checklist
1 Karya siswa dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, BK).
2 Karya siswa dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbangan kepada semua siswa.
3 Buku dan materi bacaan lain tersedia dengan mudah di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
4 Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk siswa dan orang-tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
5 Kantor kepala sekolah memajang karya siswa dan buku bacaan untuk anak.
6 Kantor kepala sekolah mudah diakses oleh staf.
Lingkungan Sosial dan Afektif  
1 Penghargaan terhadap prestasi siswa (akademik dan non akademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin adalah salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.
2 Kepala sekolah mengenali siswa bila masuk ruang kelas (bukan hanya siswa yang berprestasi atau dianggap bermasalah).
3 Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
4 Literasi dirayakan sepanjang tahun pelajaran.
5 Ada budaya kerja sama kolaboratif antar guru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing (dan tidak saling menjatuhkan).
6 Disediakan waktu memadai untuk staf agar bisa berkolaborasi menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.
7 Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program literasi.
Lingkungan Akademik  
1 Ada tim literasi yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2 Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi (Sustained Silent Reading (kegiatan membaca senyap), diskusi buku, show-and-tell presentation)
3 Waktu literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain yang dianggap tidak perlu.
4 Disepakati waktu berkala untuk tim literasi membahas pelaksanaan program literasi sekolah.
5 Buku fiksi dan non fiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.
6 Ada kesempatan pengembangan professional tentang literasi yang diberikan untuk staf, dengan kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, sharing dengan sekolah lain)
7 Seluruh komunitas sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun komunitas yang suka belajar.

Strategi di atas bisa diadaptasi, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Namun pada dasarnya, aspek-aspek yang disebutkan adalah karakteristik yang perlu dipenuhi dalam pengembangan budaya literasi di sekolah. Dilaksanakan satu-persatu, dengan kerja-sama antara guru dan pimpinan sekolah, maka kita bisa bermimpi suatu saat Indonesia akan menjadi bangsa yang literat.

Bila Anda seorang guru, ajaklah pimpinan sekolah untuk membaca strategi ini. Bila Andalah pimpinannya, inilah saat tepat untuk melangkah.

Adaptasi dari: Beers, C, et al. (2009). A Principal’s Guide to Literacy Instruction. New York: The Guilford Press